Surat Cinta Untuk Sahabatku

Oleh : Achmad rois)*
Sahabatku,
Kenalilah musim hujan yang basah, musim kemarau yang meranggaskan daun-daun disepanjang hari, musim dingin yang membuat paru-paru kita sesak dan lumut-lumut enggan untuk tumbuh, musim gugur yang tak memberi peluang pada daun, bunga dan buah untuk bergelantug pada ranting yang rapuh, karna cintaku akan bersemi di musim apapun, tak layu, tak mati, juga tak musnah
Kenalilah gelisah angin di antara buluh-buluh bambu yang meliuk ke kanan dan ke kiri, tanpa arah, tanpa tuju yang pasti, betapa menderitanya mereka jika harus hinggap pada karang yang kokoh tak goyah dan menggemerisik di antara sunyi karena ada bisikan tentang gelisahku, kegelisahan tentang rinduku
Ketika senja turun di bukit-bukit tak berpenghuni, ada rona yang dilukiskan pada latar langitnya, cahayanya cerah merona bagai fajar, namun harus mengalah pada senja jika waktu itu tiba, merah membara dan kadang-kadang lembayung
Kemudian tugasmu adalah mengenali warna yang disapukan mereka dari rinduku.
Sahabatku,
Malam-malamku adalah catatan tentang cinta, goresan diatas palipis dan lengan-lengan lebam yang biru, serta pada langsat pipi kerudungmu, dinginnya malam menghangatkan jiwa dan memberi aroma rasa pada jejak kaki purnama yang tenggelam di antara awan dan bias-bias bintang, aku juga jejak kaki masa  dan aku juga ingin terbenam bersama cinta yang kau bawa
Mengingatmu membuatku mengerti tentang alam
Bahwa engkau adalah jelmaan keindahan Tuhan berbentuk perempuan, bening matamu seperti telaga yang memberi kedamaian, sedang kerudungmu adalah cahaya yang tak pernah berhenti bersinar, dalam jiwamu ada banyak keindahan yang tak bisa kusebutkan
Mengingatmu membuatku sadar
Betapa aku terlalu mengharapkanmu hadir disetiap mataku terbuka, dan tertutup kemudian ketika aku kembali terbentur kedinding kesunyian, disitu aku ingin engkau hadir sebagai pemecah kensunyian dan penghidup suasana, bukan hanya bisikan angin malam yang singgah dan lewat ditelinga
Saat aku terjatuh ditikam gelora rindu, jeritku menyeruak kalbu menyumpah serapah pada waktu mengapa hari harus begitu cepat berlalu, kuamati detak detik jarum jam sepertinya teramat lambat berputar, ingin kuputar, kupacu jarak dan ruang sang waktu membuatnya kembali
Sahabatku,
Meski terasa begitu lama aku akan selalu setia menanti rembulan yang senantiasa kurindu untuk menyinari ruang disetiap bilik kalbuku
Laksana diamnya karang, inilah kesendirian yang panjang, melampaui segala rasa, semenjak kau memilih jalan yang berbeda, kebekuan yang kini kurasa, hanya engkau yang bisa meluluhkannya
Andai kau tahu sebanyak apa aku merindukanmu…
Sebanyak gerimis yang turun dari langit, andai kau ada disini, letakkanlah tanganmu di atas dadaku kemudian hitunglah berapa detaknya, sebanyak itulah namamu selalu kuagung-agungkan
Dari banyak waktu yang kita habiskan di“KUIL CINTA”, engkau nenyebutnya, tempat dimana kita berbagi suka, duka, senyum, tawa, canda, bahkan tangis sekalipun disana
Aku senang melihatmu tersipu malu, lalu ku ajak kau berenang, tenggelam di kolam kebahagiaan, di tepinya kita bergurau canda menggelitik mesra, merajut tawa dalam suka, meredam duka dalam hampa bersama, menebar asa bersama, bahkan tak jarang mengundang tangis juga bersama
Kemudian waktu terus berpacu, terus melaju dan tak mungkin kembali, tapi sampai saat ini aku masih berharap sampai habis suaraku berteriak
Aku akan belajar mengenalmu, belajar mengertimu, menjadikan diri ini orang terbaik untukmu, mewujudkan impianmu, meyampaikan harapmu, dan mandatangkan kebahagiaan milikmu
Aku,
Untukmu s’lalu sahabatku,

“HATI-HATI” KARENA HIDUP INI ADALAH ONGGOKAN DURI YANG ADA BUKAN DITENGAH JALAN”.
)* Penulis adalah penggiat literasi di Kabupaten Siak.

This Is The Oldest Page