“Tak ada sesuatu apapun yang dapat kita lakukan untuk merubah masa lalu” |
Oleh: Achmad rois)*
“Tak ada sesuatu apapun yang dapat kita lakukan untuk merubah masa lalu”. Terlepas dari kata itu tepat atau tidak di ucapkan adalah kemungkinan lain yang kali ini tidak akan saya perhitungkan. Tapi bagi saya, masa lalu tidak memiliki perbedaan begitu jauh dengan apa yang dapat kita lihat dari “Spion”. Hampir seluruh penduduk Indonesia tak asing lagi dengan kata itu, karena sebagian besar dari mereka hampir setiap hari tak lepas pandang dari benda tersebut. Saat mengendarai mobil atau sepeda motor satu hal yang paling penting adalah tetap konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju. Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh. Dan yang terakhir adalah sesekali melihatlah ke spion yang memang sengaja diletakkan untuk dapat dengan mudah dilihat saat mengendarai kendaraan bermotor. Tapi tenang saja, saya bukanlah seorang polisi yang akan memberikan surat tilang kepada anda karena tidak menggunakan spion sebagai atribut pelengkap kendaraan anda. Karena bagi saya itu adalah masalah anda dan pak polisi, bukan saya.
Saya akan mengajak anda memahami makna esensial dari kata spion yang sudah saya tulis diatas. Tapi sebelumnya anda harus menjawab dulu beberapa pertanyaan sederhana ini. Apakah dalam hal ini masa lalu bisa dikatakan sebagai sejarah perjalanan hidup? Bagi saya “iya”. Sederhana saja, kita artikan masa lalu adalah sejarah dan sejarah adalah sesuatu yang terjadi beberapa menit yang lalu, tadi, kemaren, atau setahun yang lalu atau bahkan lebih banyak tahun yang lalu. Lalu, apakah sejarah itu penting? Dan apakah sejarah harus tercatat, atau dicatat. Ya, katakan saja begitu. Tapi bagi penulis, sejarah lebih bagus jika dicatat, tapi tidak harus, karena jika anda punya ingatan cukup kuat untuk mengingat semua kejadian-kejadian puluhan tahun yang lalu, saya pikir anda boleh tak mencatatnya dalam catatan harian atau para kaula muda biasa menyebutnya diary.
Pertanyaan selanjutnya, apakah menulis diary itu penting? Jawabnya tentu “tergantung”. Bisa “iya”, bisa juga “tidak”, tapi kali ini saya tidak akan punya cukup waktu untuk membahas alasan mereka yang menjawab “iya” ataupun mereka yang menjawab ”tidak”. Kembali lagi ke sejarah yang mencatat bahwa sebagian besar orang terkenal mempunyai diary. Che Guevara misalnya, Paris Hilton, Einfrank dan masih banyak tokoh-tokoh terkenal lainnya yang mencatat perjalanan hidupnya dalam diary. Sederhananya, terlepas dari apa alasan mereka waktu itu untuk menulis diary, yang penting untuk saat ini sebagai orang awam kita tahu bahwa mereka tergolong dalam kumpulan orang-orang terkenal dan kumpulan para pejuang.
Baiklah, lupakan tentang mereka, tentang diary atau tentang iya dan tidak. Kita konsen saja terhadap “spion” dan dua hal urgen lainnya saat mengendarai kendaraan. Yaitu tentang konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju dan kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh.
Penulis berpikir bahwa untuk menyambut tahun baru kali ini harus ada sesuatu yang menjadi bahan untuk di-refleksi-kan bersama. Bukan hanya tentang melihat kembang api di alun-alun, tentang konfoi club motor, atau membuat kemah-kemah kecil dipesisir pantai selatan yang dihuni laki-laki dan perempuan berpasangan saat malam tahun baru Masehi tiba. Tapi penulis mengajak para pembaca untuk merenungkan ala penyambutan tahun baru yang dengan sengaja disusun oleh penulis untuk para pembaca setia.
Hidup dalam konteks pembicaraan kali ini adalah perjalanan diatas kendaraan, sebut saja sepeda motor. Maju 1 kilometer kedepan adalah berarti meninggalkan 1 kilometer dibelakang. Sama seperti ketika matahari terbit pagi ini dan kita tak bisa mengulang pekerjaan yang belum selesai kita kerjakan kemaren dalam waktu yang sama. Jadi, hidup adalah terus melaju kedepan.
Kalau dalam analogi saya diatas saya katakan bahwa menjalankan sepeda motor harus konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju. Jadi ini adalah hal pertama yang ingin saya sampaikan. Saya menggunakan analogi itu hanya untuk mengatakan bahwa sedang dalam profesi apapun kita sekarang, yang paling penting adalah tetap tekun, disiplin dan menjalaninya dengan sikap-sikap yang baik. Serius dalam hal apapun yang akan kita perjuangkan untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Dan kita hendaknya menyadari, sedang apa kita sekarang ditempat kita sedang berdiri? Apa yang sudah kita lakukan tadi, kemaren, beberapa hari yang lalu atau 3-4 tahun yang lalu dibanyak tempat yang berbeda namun tetap dalam gelar yang sama dengan hari ini? Dan apa yang harus kita lakukan nanti dan besok atau tahun ketiga setelah anda membaca tulisan ini, atau tahun-tahun dalam hitungan banyak untuk melakukan sesuatu yang lebih banyak pula demi cita-cita kita sekarang, baik dalam gelar yang berbeda atau dalam gelar yang sama juga seperti hari ini. Kita sering mengeluhkan kurangnya waktu untuk mengerjakan hal-hal penting yang akan membesarkan dan memuliakan kehidupan kita dimata orang lain dan di mata Tuhan, tanpa menyadari bahwa semua pribadi besar dan mulia yang namanya tercatat indah dan anggun dalam sejarah kemanusiaan itu, juga menggunakan jumlah waktu yang sebanding dengan yang dijatahkan kepada kita. Lalu kenapa kita tak bisa menjadikan diri kita menjadi lebih besar dan lebih indah dari mereka atau paling tidak setingkat dengan mereka karena mereka hampir mempunyai jatah waktu yang sama dengan waktu saat kita hidup disini sekarang. Sedikit saya kutip kata indah dari bapak Mario Teguh sebagi salah satu tokoh Inspiratif saya. Saya tau beliau tak kenal saya sebagai pengagumnya, tapi biarlah karena itu tak begitu penting untuk Beliau. “Waktu itu bernilai, bukan karena panjangnya, tetapi karena kebaikan yang kita lakukan di dalamnya”.
Yang kedua, kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh. Tidak terlalu jauh berbeda keterangan yang akan saya sampaikan tentang analogi saya yang kedua ini dengan keterangan pada analogi yang saya sampaikan pertama tadi. Bedanya hanya terletak pada posisi dimana (tempat) kita sedang berada sekarang. Bisa diartikan profesi, keahlian, jurusan kuliah, atau dalam arti tempat yang sebenarnya pun boleh. Kebebasan saya berikan seluas-luasnya kepada anda para pembaca karena saya sangat menghargai pluralisme. Namun untuk yang kedua adalah tentang kondisi kita sendiri. Kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh dalam kalimat diatas harus diartikan seluas mungkin, mulai dari kesehatan dan kesiapan fisik atau semua angguta tubuh yang bisa kita jadikan semuanya menjadi sangat professional. Misalnya, anda yang saat ini menjadi penjahit tentu tangan dan mata anda begitu professional dalam hal menggunting motif gaun yang anda buat. Mata (penglihatan) anda begitu jeli menjadikan jarum jahit dan benang menjadi ikatan yang begitu rapi untuk gaun yang sedang anda selesaikan. Pemain gitar atau seorang guitarist tentu menjadikan jemarinya begitu professional untuk setiap petikan nada yang berbunyi. Dan telinganya (pendengaranya) juga akan begitu peka jika ada satu atau setengan ketukan nada saja yang tidak sesuai denga lirik lagu yang sedang dimainkanya atau bahkan sedang dimainkan oleh orang lain. Anda yang saat ini sedang duduk mewakili suara kami dikursi DPR sana harus menjadikan otak (akal sehat), hati nurani dan suara anda menjadi sangat professional untuk dapat mewakili suara kami yang sering tak didengarkan ini. Atau pendek kata, kita harus menjadikan diri kita begitu sehat, begitu siap dan begitu professional untuk menyambut masa depan baik yang semakin dekat. Tapi ingatlah, bahwa masa depan yang baik hanya akan ada dengan persiapan yang baik pula. Begitu juga masa depan yang indah, hanya akan ada jika kita menyiapkannya dengan sepenuhnya ikhlas dan dengan keindahan kita bersikap pula. Karena kita hanya akan menjadi seperti yang kita siapkan.
Ketiga, sesekali melihatlah ke spion. Saya tidak akan menyuruh anda untuk menoleh kebelakang saat anda sedang mengendarai sepeda motor karena saya tidak mau membahayakan keselamatan anda. Tapi untuk kalimat yang satu ini konteksnya adalah sejarah atau masa lalu yang kita sebut sejarah pada awal prakata tadi. Mengapa saya sebutkan sesekali? Itu karena saya khawatir jika anda terus melihat ke spion, maka keselamatan anda akan menjadi taruhannya. Begini maksud saya, kita harus tetap konsen menghadap kedepan, menatap masa depan dengan dua hal yang sudah saya sebutkan diatas, tapi kita tidak boleh melupakan begitu saja apa yang sudah terjadi dibelakang. Karena dikhawatirkan suatu saat kita akan melewati kembali jalan yang sama seperti sebelumnya. Dengan melupakan kejadian yang lalu, berarti kita mengulang kembali sesuatu yang sebenarnya sudah pernah kita lakukan. Bukankah itu adalah kesia-siaan, padahal kita bisa melakukannya lebih baik dari sebelumnya, tapi karena kita lupa bahwa sebenarnya kita sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya, kita terpaksa mengulanginya lagi dengan hasil yang sama persis seperti sebelumnya tanpa adanya kemajuan. Maka untuk kesempatan kali ini dengan berat hati saya terpaksa mengatakan kepada anda yang tidak sependapat dengan saya bahwa “Sejarah” itu penting. Sepele saja alasannya, kenapa setiap pembelajaran selalu diawali dengan sejarah dan latar belakang kenapa kita harus mempelajari pelajaran tersebut. Untuk mengenal dan meyakini agama yang kita anut, bukankah pada awalnya kita harus mengetahui dan paham terhadap sejarah pembawa agama itu. Semisal Islam, Islam dibawa oleh Nabi Muhammad ribuan tahun yang lalu ditanah tandus padang pasir. Tapi anak-anak muslim bangsa kita bahkan seluruh duniapun sampai sekarang masih mempelajari sejarah Beliau diatas bangku-bangku pendidikannya. Singkatnya bahkan Al-qur’an yang berisi Firman-Firman Tuhan itupun masih menyertakan ajaran-ajaran tauhid, amaliah dan ke-Isalam-an nya dalam bentuk sejarah para Nabi dan Pendahulu-pendahulunya.
Maaf jika dalam hal ini saya memaksa anda untuk sependapat dengan saya tentang hal ini. Tapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menjadikan sejarah sebagai titik awal kita melangkah menuju masa depan yang gemilang. Menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran yang berharga bagi kelangsungan hidup dan cita yang kita idam-idamkan. Jika kita pernah mamiliki sejarah yang tidak begitu baik, maka mempelajarinya menjadi fungsi yang baik untuk menjadikan hari-hari kita kedepan menjadi lebih baik pula. Bagi anda yang pernah mempunyai kesalahan masa lalu yang sampai saat ini masih tak bisa dilupakan, maka jangan dilupakan, tapi jangan jadikan kesalahan masa lalu itu menjadi energi negative yang melemahkan dan memperlambat anda untuk mencapai kebaikan dimasa depan. Jadikanlah “spion” menjadi kehati-hatian agar kita tak seperti keledai. Karena hanya keledai yang terjerembab dalam lubang yang sama berkali-kali.
Sekian dulu tentang sepeda motor, jalan raya, pemain gitar, penjahit, pak DPR, spion, masa lalu, sejarah, dan keledai. Semoga semua itu menjadi bermanfaat untuk dijadikan sebagai cemilan pada malam tahun baru nanti bersama keluarga-keluarga tercinta dan sahabat-sahabat terkasih.
)* Penulis adalah penggiat literasi di Kabupaten Siak.