Buku ini merupakan rekaman keberhasilan Munif Chatib dalam meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dengan menggunakan konsep Multiple Intelligence. Buku ini sangat layak untuk dikonsumsi para pencinta pendidikan karena begitu banyaknya pilihan-pilihan metode pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis dalam karyannya yang luar biasa ini. Begitu banyak buku-buku yang membahas tentang metode pembelajaran, konsep pembelajaran, strategi atau dalam bentuk apapun namanya, namun begitu berbeda pembahasannya jika kita temui didalam buku ini. Penulis begitu piawai dalam membahas metode dan model pembelajaran tersebut dengan menuturkan contoh-contoh kongkret dengan penjelasan yang begitu mudah dimengerti. Bapak seorang putri ini juga menggunakan metafora-metafora yang begitu menarik dan gamblang.
Salah satu contoh adalah ketika Penulis menjelaskan modalitas yang tercirikan atas tiga “saluran” atau pipa. Yaitu pipa auditif, visual dan kinestesis. Menurut beliau, modalitas ini bagaikan “pipa” yang harus kita pilih untuk mengalirkan kelereng; yang dalam buku ini dimaksud sebagai symbol pengetahuan, kepada seorang murid. Bagaimana memilih “pipa” yang pas sehingga kelereng itu mudah ditangkap dan diterima oleh murid. Itu adalah salah satu contoh kepiawaian penulis dalam mengemas sebuah konsep menjadi sebuah keterangan yang begitu gamblang, menarik dan mudah dimengerti.
Penulis yang mulai meneguhkan hati dan langkahnya didunia pendidikan pada tahun 1998-1999 ini bukan hanya menguasai konsep kecerdasan temuan Howard Gardner yang sering disebut Multiple Intelligence ini. Tetapi beliau juga secara kreatif menjadikan Ilmu yang dikuasainya ini menjadi “senjata yang sangat handal” untuk menyelesaikan begitu banyak problematika pendidikan terutama yang berkaitan dengan kecerdasan anak didik.
Beliau juga begitu menghargai ke-beragam-an potensi kecerdasan yang seharusnya mampu digali secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan di bangsa yang saat ini semakin terperosok saja system pendidikannya. Buku ini merupakan sebuah terobosan penting karena didalamnya tercatat sebuah keberhasilan dalam sistem pembelajaran (learning system) yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih hebat. Karena merekam atau mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting dalam sebuah buku sudah merupakan prestasi yang sangat luar biasa.
Bagaimana cara menggali kecerdasan sehingga menghasilkan kompetensi unggul adalah pertanyaan yang cukup pantas diajukan untuk buku ini. Karena buku ini memang sengaja ditulis untuk menjawab pertanyaan tersulit dan terbesar dalam dunia pendidikan tersebut. Menurut beliau “sekolah unggul adalah sekolah yang memandang tidak ada siswanya yang bodoh dan semua siswa merasakan tak ada satu pelajaran pun yang sulit”.
Betapa indahnya sebuah proses pendidikan dalam sebuah kelas apabila seorang guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas, dan semua siswa pun merasakan semua pelajaran yang diajarkan dikelas adalah pelajaran yang mudah dan menarik. Kelas akan terasa tetap hidup, dan ketika para siswa keluar dari kelas, mereka mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan dilupakannya seumur hidup. Alangkah hebatnya apabila kelas tersebut dapat terjadi pada jutaan kelas yang ada dinegara kita. Mungkin Negara kita akan menjadi Negara yang sangat maju dan patut diperhitungkan oleh Negara-negara di seluruh dunia.
Perlu sedikit saya gambarkan sebagian garis besar dari buku ini agar ketertarikan anda terhadap buku ini tidak hanya dalam angan-angan. Pada bab awal penulis banyak mengisi bab ini dengan catatan-catatan tentang pengalaman pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan dalam pekerjaanya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah kesulitan pemahaman seorang siswa Karena beberapa hal, menjadi mudah dan akhirnya siswa dapat dengan baik memahami meteri-materi yang diajarkan. Hal yang saya sebutkan diatas disebut Penulis sebagai “special moment”.
Bab selanjutnya membahas mengenai teori Multiple Intelligence yang ditemukan oleh Howard Gardner. Beberapa hal yang ditekankan Penulis dalam bab ini adalah keberanian Howard Gardner melakukan redefenisi tentang kecerdasan. Direktur Lembaga Pendidikan YMII Gresik ini mencoba menyadarkan kita selaku masyarakat bahwa kecerdasan tidak dapat dinilai dan dibatasi oleh tes-tes formal belaka. Masyarakat kita dan sebagian unsur-unsur sekolah masih menerima keberadaan tes-tes formal dengan paradigma berlebihan. Terbukti masih banyaknya anggapan bahwa kesuksesan anak ditentukan oleh hasil tes anak pada bidang study yang didapat siswa.
Ketika Multiple Intelligence diterapkan disekolah, akan muncul berbagi kendala dan beragam penafsiran tentang sekolah model ini. Misalnya, pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia, desain kurikulum yang masih sentralistis, penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan, kualitas guru yang masih kurang terutama saat dihadapkan pada proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi, proses penilaian yang hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar dan masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
Pada bab selanjutnya seorang bapak yang gemar menulis ini menjelaskan indicator sekolah unggul dengan pernyataannya yang sangat yakin bahwa sekolah unggul adalah the best process bukan the best input. Artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa dalam kondisi kognitif yang beragam, bukan hanya menerima siswa-siswa yang pandai. Beliau juga mengenalkan secara global alat riset yang bernama MIR (Multiple Intelligences Research). Dan alat riset ini dapat membantu guru mendekatkan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.
Pada bab-bab akhir Penulis mulai bercerita tentang strategi pembelajaran multiple intelligences. Pada awalnya beliau meluruskan kesalah pahaman yang terjadi, yaitu multiple intelligences bukanlah bidang study atau curriculum. Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran yang berisi aktivitas-aktivitas pembelajaran dengan model dan kreativitas yang beragam sekaligus membungkus sebuah strategi dalam rencana belajar.
Kemudian di akhir buku ini, bibahas pula tentang akhir pembelajaran, yaitu tentang penilaian dan pelaporan. Penilaian yang dipakai dalam melihat kompetensi siswa memenuhi indikator hasil belajar yang sudah ditentukan adalah penilaian autentik. Penilaian ini bersumber dari aktivitas pembelajar yang dapat dinilai dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penjelasan detail tentang bagaiman cara menilai dan bentuk laporan yang harus dibuat juga akan dibahas dalam kemasan yang begitu menarik dalam bab ini.
Akhirnya, kurang lengkap kiranya jika anda yang saat ini berprofesi sebagai sorang pengajar atau pendidik yang kreatif tidak menjadikan buku ini sebagai pelengkap tumpukan buku-buku strategi mengajar yang ada di perpustakaan pribadi anda. “Disetiap sekolah manapun dengan kualitas apapun adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggung jawab adalah guru”. Kutipan dari penulis ini saya pikir akan dapat membuka cakrawala berpikir kita tentang begitu besarnya amanah yang harus diemban oleh seorang guru. Karena masa depan seluruh anak-anak dibangsa ini adalah tanggung jawab besar yang harus mereka emban dengan rasa tulus dan penghargaan mereka terhadap waktu dan kehidupan adalah segala-galanya.
Semoga bermanfaat dan Salam Pergerakan!!!
Judul buku : Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia
Penyunting : Budhyastuti R.H.
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan I : April 2009
Tebal : xxxiii+186 Halaman
)* Penulis adalah penggiat literasi di Kabupaten Siak.