HEGEMONI IDELOGI PORNOIS


Oleh: Achmad rois)*
Dunia entertainment adalah dunia gemerlap penuh kefanaan. Kegemerlapannya sering membuat mata entertainer silau. Dunia dalam kedipan lampu kamera para photographer dan acungan micropon para wartawan bahkan mampu membuat kebutuhan mereka setahun dua tahun tercukupi tanpa harus bekerja. Pajangan sesosok wajah menawan dalam sampul-sampul depan majalah membuat mereka tak perlu risau dengan tagihan credit card yang meninggi setiap bulan. Penampilan hitungan detik dalam iklan dihampir setiap satasiun televisi nasional membuat mereka tak perlu berpikir tentang bagaimana melunasi rekening listrik dari sebuah apartemen mewah tempatnya berteduh. Tapi mereka lupa, bahwa rekaman video yang hanya bedurasi delapan menit ternyata mampu menghancurkan seluruh karir dari reputasi mereka yang telah dibangun bertahun- tahun di atas pundi-pundi keringat dari acara casting atau ritual konser-konser amal.
Kabar yang menggemparkan seluruh lapisan masyarakat hampir dua bulan terakhir ini menuai kegelisahan yang sangat, termasuk bagi penulis. Dalam proses pemeriksaan yang panjang, pihak kepolisian akhirnya menetapkan status Nazril Irham (Ariel) resmi menjadi tersangka kasus beredarnya video mesum Ariel-Luna dan Cut Tari. Berbagai kalangan mengecam prilaku ini sebagai sebuah tindakan amoral. Meskipun dalam undang-undang kasus seperti ini masih sulit di jerat sebagai kasus tindak pidana, tapi para penegecam tindakan Ariel ini sepertinya sudah mampu berlega hati dan bertepuk dada. Selain dijatuhkannya status tersangka kepada vokalis Peterpan ini, UU juga telah menjeratnya dengan pasal berlapis, termasuk prilaku tindak pidana. Berbagai tanggapanpun telah terlontar dari ketiga pihak yang terkait, meskipun sebagiannya untuk sementara masih berstatus saksi. Kegelisahan ini tentu tidak hanya menimpa mereka bertiga, tapi keluarga, sanak famili, tetangga termasuk penggemar fanatic mereka juga merasakan hal yang sama.
Mari kita sedikit mengaca pada masa lalu, terhadap peristiwa dengan motif hampir-hampir sama dengan yang dialami Ariel. Masa-masa saat presiden USA, Bill Clinton menuai kasus skandal yang mengguncang seluruh Amerika dan dunia. Petaka ini juga diterima oleh pemain golf legendaris yang namanya dikenal diseluruh dunia, Tiger woods. Dia juga terlibat skandal dengan beberapa artis ternama di negaranya. Tidak lama setelah itu, seorang pemeran atau tepatnya bintang Holywood di India juga mengalami kenaasan yang sama dengan mereka berdua. Semua peristiwa tersebut mampu mengundang media di manapun secara responsive. Jadi tak heran jika dalam waktu singkat seluruh kabar tentang skandal mereka diketahui secara luas di seluruh dunia. Awalnya, mereka semua bersikeras menolak tuduhan tersebut dengan berbagai pretensi, pencemaran nama baik atau semacam itulah mereka berkelit. Namun pada akhirnya, seperti nama besar yang mereka sandang, mereka juga diharuskan berjiwa besar seperti kebesaran nama mereka. Dengan jiwa besar tersebut mereka mengakui segala prilaku mereka sebagai sebuah kesalahan yang pantas dilakukan seorang manusia. Seluruh dunia seakan lega dengan pengakuan mereka, meskipun sebagian golongan tetap saja mengecam mereka sebagai pelaku amoral. Tapi paling tidak mereka sudah menunjukkan pada dunia bahwa siapapun di dunia ini tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Begitu juga dengan kasus yang menimpa Ariel, seorang vokalis ternama yang membuat seluruh fansnya terpana dengan khas kharismatiknya. Kasus menggemparkan ini menjadi pukulan telak terhadap Ariel tersendiri dan bangsa Indonesia secara menyeluruh. Adab ketimuran yang dijunjung tinggi bangsa ini terpaksa dicemari dengan video adegan tak senonoh yang dilakukan dua pasangan yang belum berstatus suami istri. Dimuatnya kasus video syur ini disitus-situs internasional membuat seluruh pihak termasuk pemerintahan turun tangan. Komisi satu DPR menegaskan kepada Tifatul Sembiring selaku Menkominfo bahwa kasus ini harus segera difollow up. Kemudian Tifatul akhirnya turun tangan untuk menghimbau secara tegas kepada ISP (Internet Service Provider) untuk tidak meloloskan konten-konten yang bermuatan negative, termasuk video-video syur dalam bentuk apa dan siapapun pelakunya.
Sedikit saja sebenarnya pesan yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini. Pergulatan video porno di Indonesia tentu bukan baru-baru saja beredar di seluruh penjuru negeri. Dampak yang ditimbulkannya cukup merisaukan banyak pihak. Namun kenapa kasus seperti ini baru ditanggapi secara serius jika sudah menyangkut urusan selebritis. Bukankah siapapun pelakunya, baik selebritis atau bukan, pengaruh yang ditimbulkan terhadap orang yang menonton video syur adalah sama. Sama-sama mengundang penonton untuk cenderung melakukan tindakan seperti apa yang ditontonnya dalam video. Termasuk seperti apa yang disampaikan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) beberapa hari yang lalu tentang meningkatnya kasus pemerkosaan anak dibawah usia. Bukankah kasus ini juga sudah lama dibincangkan sejak pembentukan materi undang-undang pornografi. Haruskah semua kasus harus terlebih dahulu dipopulerkan oleh selebriti untuk kemudian baru ditanggapi secara serius oleh pemerintah. Sebesar itukah pengaruh mereka bagi semua element masyarakat? Haruskah kita membutakan mata terhadap kasus-kasus lain yang ternyata memiliki pengaruh sama dibanding skandal-skandal berat yang dilakukan para artis. Tetapi penaggulangannya tidak seserius ketika kasus seperti ini terjadi di kalanagan selebritis.
)*Penulis adalah aktifis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung