Kejutan akan terjadi di Siak. Hasil survey sudah bocor kemana-mana. Petahana Alfedri sangat bisa tumbang oleh pendatang baru, Dr.Afni. Jadi para pejabat, Camat, Lurah, apalagi Kepala Desa, harusnya mulai sekarang hati-hati. Jangan terlalu berlebihan bagi yang selama ini keterlaluan sangat membela petahana. Netral saja sesuai aturan perangkat negara. Bagi siapa saja yang selama ini meragukan petahana bisa tumbang, harusnya mencari tahu siapa sebenarnya sosok perempuan fenomenal di Pilkada Siak itu.
Tak banyak orang yang tau, sosok Afni sangat terkenal di kalangan para elit politik Riau. Nama dan perannya ada di belakang layar banyak tokoh-tokoh besar politik dan pemerintahan. Jadi saat orang-orang meragukan dia bakal dapat perahu berlayar di Pilkada, lucu saja.
Afni itu ahli di segala yang dibutuhkan seorang politisi. Usianya muda tapi pengonsep strategi dan komunikator yang ulung. Meski dimana-mana dia mengaku bukan politisi, tapi kecerdasan berpolitiknya justru di atas rata-rata. Dia juga penulis sekaligus orator yang hebat. Pemegang gelar Doktor bidang Ilmu Administrasi Negara dan itu didapatnya di usia 33 tahun. Secerdas itu dia.
Afni itu di usia 27 tahun sudah memimpin perusahaan media Nasional. Dipercaya langsung mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Di usianya yang baru 29 tahun, terbukti Afni juga jadi orang dekat Menteri Kehutanan. Jadi sekali lagi, hati-hati mengatakan Afni belum berpengalaman. Di balik sikap santunnya, integritas Afni tak ada tandingan. Makanya dia jadi kesayangan banyak orang, termasuk didukung tokoh-tokoh sentral, mantan Bupati Arwin dan Syamsuar. Segitu hebatnya anak kampung Rempak Siak ini bermanuver politik.
Makanya tak heran dia bisa dapat perahu Golkar, yang notabene partai pemenang pemilu di Siak. Lalu Nasdem dan Demokrat. Partai Umat memberi dukungan pada calon yang tepat. Afni figur yang agamis dan santun, sejalan dengan semangat para partai pengusung.
Tidak bisa lagi dipungkiri, Afni yang menjadi Calon Bupati pertama kelahiran Siak ini telah membuat strategi dan kenyamanan petahana yang harusnya langgeng berkuasa dua periode, hancur lebur. Pun membuat banyaknya uang calon lain seperti tak laku di Pilkada.
Ribuan spanduk, baliho dan bannernya menyebar ke seluruh Siak. Karakter juang dan gaya blusukan membuatnya sampai ke pelosok-pelosok. Afni yang bukan berasal dari trah pejabat, cuma anak orang biasa, membuatnya mudah berbaur dan diterima dimana saja.
Gaya Afni yang lebih sering berkampanye pakai sandal jepit dan baju kaos biasa, ketimbang berpenampilan necis dengan baju bermerk mewah gaya pejabat, justru jadi magnet berbeda. Padahal dia sendiri selama 10 tahun terakhir juga seorang pejabat di Kementerian. Sikap tetap merakyatnya inilah yang membuat elektabilitasnya melonjak tidak terbendung.
Partai pemenang Pemilu, Golkar, plus Nasdem dan Demokrat memberinya 14 kursi secara gratis. Harusnya dari sini para kubu lawan politik sudah harus hati-hati. Sangat langka ada figur selihai Afni. Para politisi senior daerah saja, belum tentu bisa melakukan seperti yang bisa Afni lakukan.
Pihak lawan coba melemahkan, dengan menyebut Afni calon paling miskin dibanding dua calon lain. Ini awalnya dijadikan senjata pihak lawan untuk merasa pasti akan menang. Tapi faktanya, bukannya melambat, pergerakan Afni dan tim suksesnya makin tidak karuan. Titik kampanyenya hampir selalu membludak. Makin disepelekan, dukungan kepada Afni semakin tidak tertahan. Yang hadir pada satu titik bahkan ribuan.
Ketenangan, kesantunan, sikap ramah dan popularitasnya menarik banyak simpati. Berduyun-duyun simpul masyarakat ikut menyumbang, demi Afni tetap bertahan bertarung di kerasnya gelanggang politik. Inilah kuda hitam fenomenal.
Afni membuat politik Siak lebih berwarna. Terbolak balik dibuatnya menjadi tidak sesuai logika. Contohnya saja, petahana memang berhasil dapatkan organisasi masyarakat berbasis suku minang seperti IKMR. Tapi nyatanya lebih 1.500 dusanak urang awak di Tualang, justru datang tulus ikhlas memenuhi lapangan mendeklarasikan Afni.
Jumlah ini menjadi rekor deklarasi terbesar dari paguyuban kesukuan yang ada di Siak, setelah sebelumnya deklarasi dari suku Nias dan Batak. Hal yang selama ini selalu diklaim berpihak ke Alfedri, ternyata terang-terangan justru akar rumputnya mendukung Afni. Inilah bukti lagi, Afni ini bukan calon Bupati biasa.
Afni juga mendapat boru Tarigan dari Batak Karo, dan suaminya tersematkan marga Ginting. Bicara soal suami, kekuatan figur suaminya yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah dan seorang Muhammadiyah, juga membuat sosok Afni semakin bisa diterima di semua kalangan.
Hampir di semua Dapil, Afni memiliki basis pemilih militan. Mulai dari masyarakat dalam dan sekitar kawasan hutan yang dibelanya mati-matian, kalangan Nahdliyin yang sudah pasti banyak membela harga diri organisasi karena Afni Ketua Muslimat NU, sampai pada basis kemelayuan Siak karena Afni memang satu-satunya dan pertama kali ada Bupati kelahiran Siak.
Afni itu fenomenal. Lihat saja kepiawaiannya saat debat terbuka. Saat petahana membanggakan peningkatan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi, dengan santai Afni yang seorang akademisi mempreteli indikatornya. Lalu membuka fakta bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di Siak, justru sebenarnya naik selama periodesisasi Alfedri-Husni (Mulai 2019). Sampai hari ini data BPS itu tidak terbantahkan.
Bocoran hasil survey sudah seliweran. Afni sudah jauh melangkaui Alfedri. Jika melihat rekam jejaknya, Afni hampir pasti akan memenangkan Pilkada Siak. Makanya tak heran kalau pihak lawan politik mulai memainkan segala cara. Termasuk menyerang soal gender, yang jelas-jelas hanya bikin blunder.
Semakin disepelekan, kaum perempuan Siak justru akan merasa bangkit memilih Afni. Apalagi segala serangan politik tidak membuat Afni terpancing membalas balik menyerang. Sikap welas asih dan santunnya ini jadi salah satu kunci kemenangan, meski beberapa pihak terus menyebarkan sembako, menekan ASN, mengancam penerima PKH, dll.
Kita tunggu saja tanggal 27 November nanti. Akankah Siak mencatatkan sejarah punya Bupati perempuan pertama? Kalau saya, sangat percaya, yang akan menang nanti itu Afni. Kan sudah dikatakan, Afni ini bukan perempuan biasa, dialah kuda hitam Pilkada Siak yang fenomenal.
Aziz Zaenal, Penulis dan pemerhati politik Riau