Showing posts with label RESENSI. Show all posts
Showing posts with label RESENSI. Show all posts
KEBIJAKAN TERHADAP PRIORITAS ICT DI SEKOLAH

KEBIJAKAN TERHADAP PRIORITAS ICT DI SEKOLAH

PENDAHULUAN
Tulisan ini merupakan review dari buku Learning to Change: ICT in school. Fokus pembahasannya mengacu pada Bab I, yaitu Policy Priorities for ICT in Schools. Bab ini terdiri dari tiga sub bab, diantaranya, Why schools have to adopt ICT, The issues to be addressed in this report, dan Directions for policy. Keseluruhan bab yang kami bahas dalam tulisan ini berawal dari halaman 9 dan berakhir pada halaman 17.
Secara garis besar, sub bab pertama membahas tentang alasan-alasan kenapa sebuah sekolah perlu menerapkan sistem komputerisasi ini di sekolahnya. Sub ini menawarkan beberapa alasan logis yang dapat dijadikan pertimbangan sebelum mulai menerapkan sistem ini di sekolah. Kemudian, sub bab kedua menawarkan sebuah sistem pembelajaran yang mudah dan menarik. Sistem ini mereka sebut dengan istilah digital learner. Digital learner sendiri adalah sebuah konsep tentang media dan akses pembelajaran yang mudah dan dapat dinikmati kapan dan dimanapun.

Bingkai Apresiasi dan Belasungkawa

Bingkai Apresiasi dan Belasungkawa

Judul buku : SEJUTA HATI UNTUK GUS DUR
Sebuah Novel dan Memorial
Penulis : Damien Dematra
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan I : Januari 2010
Tebal : vi + 426 Halaman
Harga : Rp. 58.000, 00
Peresensi : Achmad Rois)*

Rabu, 30 Desember 2009, menjadi hari yang sangat menegangkan, penuh harap dan sejuta asa. Suasana tersebut dirasakan oleh segenap keluarga besar K.H Abdurrahman Wahid, sahabat, teman dekat, karib, kerabat sampai pejabat yang waktu itu menunggu Beliau di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Semua kekhawatiran ini tentu punya alasan yang sangat pantas. Karena tokoh sederhana dengan nama besar yang dikenal di setiap penjuru Negeri ini mempunyai peran dan pengaruh yang signifikan terhadap arah dan kelangsungan perjuangan anak bangsa, dan perjuangan syiar Islam khususnya. Pukul 18.45 WIB, terdengar kabar bahwa Gus Dur telah meninggalkan bagitu banyak kenangan yang tak mungkin setiap saat di ingat, namun yang pasti tak akan mungkin dan pernah dilupakan oleh banyak orang. Salah seorang yang merasakan hal semacam ini adalah Damien Dematra.
Sebagai seorang novelis, Damien merasakan adanya kedukaan mendalam. Namun ia tidak mau larut. Ia menorehkan segenap perasaannya terhadap Gus Dur dengan menulis novel. Dan jadilah sebuah novel apik yang menjadikan Gus Dur sebagai pusat narasi. Di halaman awal dinyatakan bahwa buku Sejuta Hati untuk Gus Dur ini diadaptasi dari skenario Gus Dur: The Movie. Isi buku ini adalah kisah atau jejak-jejak akhir hidup sang tokoh pluralisme dan menggambarkan Gus Dur dari sisi kemanusiaannya. Representasi sosok Gus Dur dari sisi kemanusiaan dalam buku ini dititikberatkan sejak kurun waktu Gus Dur semasa kecil sampai ia menikah. Selain itu, kisah-kisah masa perjuangan Gus Dur juga disajikan dalam kemasan yang sangat menarik oleh penulis. Buku ini memang bukan sebuah buku yang sempurna, tapi paling tidak buku ini layak dan dapat dengan mudah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat mana pun karena pemilihan kosa kata dan penggunaan bahasanya cukup sederhana dan akan sangat mudah dimengerti.
Walaupun bertutur tentang Gus Dur, buku ini sebenarnya merupakan karya fiksional. Beberapa nama, cerita, peristiwa dan tempat telah sengaja diubah oleh Damien, yang juga berprofesi sebagai seorang sutradara ini. Beberapa bagian dalam uraian sengaja tidak diperjelas, karena menurut penulis akan ada karya-karya lain yang secara khusus membahas bagian-bagian yang sengaja tidak diperjelas. Namun perlu dipahami bahwa proses itu hanya semata-mata untuk kepentingan cerita. Tetapi ada sesuatu yang penting dan harus diketahui oleh pembaca, bahwa buku ini adalah sebuah Novel yang dibuat berdasarkan kisah nyata, yaitu riwawat seorang Abdurrahman Ad-Dakhil.
Latar Novel ini dapat melukiskan keadaan latar secara rinci, sehingga para pembaca Novel ini dapat memdapatkan gambaran yang lebih jelas, konkret (berwujud) dan pasti. Walaupun demikian, Damien tidak bersikap berlebihan terhadap proses penulisan latar yang sebenarnya akan sangat dimaklumi oleh para pembaca. Menurut saya; peresensi, Damien bukan orang yang suka berlebihan, dia mengerti betul kategori sebuah Novel atau Cerita supaya bisa dikatakan baik. Novel atau Cerita yang baik hanya akan melukiskan detail-detail tertentu yang dipandang perlu, dan tidak pula ditulis secara berlebihan. Hal ini cukup bisa kita mengerti karena Damien bukan hanya seorang Penulis Novel, tetapi juga seorang Penulis Skenario sekaligus Sutradara. Toh, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak terlalu baik, dan Damien mengerti betul soal itu.
Tokoh-tokoh dalam cerita novel biasanya ditampilkan lebih mendetail, baik yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, tingkah laku, sifat dan kebiasaan, serta hubungan antar tokoh, baik yang dilukiskan secara langsung maupun tak langsung. Misalnya Gus Dur kecil yang dalam Novel ini digambarkan bertubuh agak gendut, suka makan dan mudah merasa lapar jika sedang membaca atau bepergian dengan ayahnya untuk menghadiri rapat-rapat dengan para pejabat di Jakarta. Gus Dur yang semasa kecil suka berenang dan memanjat pohon sehingga suatu ketika Gus Dur terjatuh karena saat itu Gus Dur kecil memang agak ceroboh. Hal ini karena setelah makan Gus Dur langsung memanjat pohon untuk menikmati komiknya sampai ia terlena, tertidur dan akhirnya terjatuh. Gus Dur kecil mempunyai sahabat baru disebuah sekolah elit di Jakarta. Sahabatnya itu menggunakan kalung berbentuk salib dan lebih sering berhari minggu di Gereja ketimbang bermain bola dengan teman sebayanya. Gus Dur kecil yang tak berhenti bertanya, dan masih banyak lagi representasi tokoh lain yang akan anda temui langsung dalam Novel yang ditulis oleh penulis 50 Novel dalam bahasa Inggris dan Indonesia ini. Semua itu, tentu saja akan memberi gambaran yang lebih detail, jelas dan konkret (berwujud) mengenai keadaan para tokoh. Itulah sebabnya kenapa tokoh-tokoh cerita pada kebanyakan novel dapat lebih mengesankan bagi para pembacanya. Bagaimana mungkin sosok Gus Dur yang unik dalam Novel ini tidak akan menjadikan anda terkesan? Jawabannya hanya ada pada anda setelah membacanya nanti.
Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dari sebuah Novel adalah alur dan tema. Ke-tidak terikat-an pada panjang cerita memberi kebebasan kepada penulis dalam menyelesaikan karya fiksionalnya. Namun, untuk menghindari penyimpangan cerita, maka faktor yang harus tetap diperhatikan adalah alur cerita atau plot. Umumnya novel memiliki lebih dari satu plot. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang karya itu, sedangkan sub-sub plot berupa konflik-konflik tambahan yang sifatnya menopang, memperjelas dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks. Plotplot tambahan atau sub-sub plot itu berisi konflik-konflik yang mungkin tidak sama kadar kepentingan atau perannya terhadap plot utama. Masing-masing sub plot berjalan sendiri-sendiri, sekaligus dengan penyelesaiannya sendiri pula, tetapi akan tetap berkaitan antara satu dengan yang lainnya, serta tetap berhubungan dengan plot utamanya. Semisal, berbagai masalah kehidupan sejak Hasyim As’ary, Wahid Hasim sampai Gus Dus diungkapkan pengarang melalui novel ini. Namun, ceritanya tetap mengacu pada tema utama tentang riwayat Gus Dur. Tema-tema tambahan itu hanya bersifat menopang dan tetap berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan. Semua hal ini diperhatikan dengan sangat teliti oleh Damien yang juga seorang fotografer international ini.
Setelah semua bagian itu diejawantahkan pada tiap-tiap bab dalam buku ini, Damien tak lupa menyelipkan peristiwa detail periode kematian Gus Dur, 18.45 WIB 30 Desember 2009 lalu. Keterangan ini diperolehnya dari hasil wawancaranya dengan orang-orang terdekat Gus Dur. Deskripsi upacara kenegaraan sebagai tanda penghormatan terhadap Gus Dur yang pada waktu itu dipimpin oleh Presiden R.I sekarang; Susilo Bambang Yudoyono menjadi bab terakhir novel memorial ini. Setelah bab terakhir selesai, bukan berarti novel ini juga selesai. Bagian novel Novel ini dilanjutkan dengan beragam kata yang dikemas dalam berbagai untaian bahasa. Ratusan kesan dan komentar disampaikan agar menjadi bagian dari buku ini oleh berbagai kalangan serta ribuan hati sebagai bukti tanda cinta dan rasa bela sungkawanya yang teramat dalam. Selanjutnya buku ini dibungkus dengan wawancara eksklusif Demian dengan Dra. Hj. Sinta Nuriah dan putri-putri Gus Dur yang dilakukan sebelum kepergiannya; AbdurrahmanWahid.
Ada sesuatu yang menarik dari komentar salah satu facebookers yang dicantumkan dalam buku ini. “Ada kebetulan dalam wafatnya Gus Dur. Dalam mitologi China yang suka mengotak-atik angaka, angka 18.45 (waktu tepat meninggalnya Gus Dur) adalah angka yang sempurna. 1+8=9 dan 4+5=9. Jika digabung, angka 99 adalah angka ganjil yang juga menjadi simbol kesempurnaan umat Islam. Banyak amalan-amalan bacaan doa-doa yang diucapkan berbilang 9 atau 99. Bahkan 99 adalah nama-nama indah Tuhan yang biasa disebut Asmaul Husna”. Ini semua mereka cantumkan sebagi bukti bahwa mereka mencintai Gus Dur. Damien dalam kapasitasnya sebagai penulis juga menyampaikan bahwa Sejuta Hati untuk Gus Dur adalah sebuah gerakan pernyataan cinta terhadap Gus Dur yang ditargetkan mencapai satu juta hati pada bulan Agustus 2010 yang akan datang. Hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Gus Dur sekaligus peluncuran film Gus Dur: The Movie yang kebetulan disutradarai oleh Damien sendiri.
Penutup buku ini adalah pidato Alissa Wahid (putri pertama Gus Dur) yang disampaikannya dalam acara launching buku Sejuta Hati untuk Gus Dur ini di Jakarta, 8 Januari 2010 yang lalu. “Terima kasih untuk Mas. Damien untuk bukunya, yang dalam jarak waktu yang hanya sekian hari, tapi sudah bisa membuat buku yang menggambarkan Gus Dur sebagai seseorang – seorang individu. Terima kasih sekali mas. Itu hadiah memang betul-betul istimewa untuk kami”. Seandainya saja Mbak. Alissa berkesempatan untuk membaca tulisan saya; resensi ini, saya akan mengatakan: “Buku ini (dan buku-buku karya Gus Dur) bukan hanya hadiah untuk Mbak. Alissa dan keluarga, tetapi juga hadiah buat saya, buat kami, buat semua, dan buat Indonesia. Dari buku ini saya dapat membaca, mengetahui, mempelajari kemudian mengerti sosok pemimpin kami. Pemimpin yang bukan hanya mengerti, tetapi mampu secara tulus untuk lahir dan hadir di hati kami, rakyat kecil ini. Seperti kata Mbak waktu itu, Gus Dur betul-betul hidup dalam prinsip-prinsip yang Beliau perjuangkan. Dan akhirnya, saya mengerti”.
Demian menulis satu kaliamat pada akhir bab, tepatnya dihalaman 280 dari buku ini. Bunyinya: “Aku ingin pahlawan dihatiku ini dikenang perjuangannya, dan aku mempersembahkan luapan kasih dari sebanyak mungkin kawan untuk membingkainya dalam sebuah karya ber judul Sejuta Hati untuk Gus Dur”. Dalam buku ini Demian juga berpesan kepada seluruh masyarakat yang ingin memberikan “hati” untuk Gus Dur agar dapat bergabung dalam group Sejuta Hati untuk Gus Dur atau mengirimkan nama-nama yang mau memberikan “hati” sebagai tanda cinta dan belasungkawa ke damiendematra@gmail.com dan akan diabadikan dalam edisi selanjutnya buku ini.

Harapan kami, semoga edisi selanjutnya buku ini lebih bagus dari edisi perdana ini. Buku perdana ini sudah cukup bagus, tapi secara logika, apa mungkin buku dengan 426 halaman ini dibuat tanpa sedikitpun kesalahan dalam tempo 3 hari. Tapi istimewanya buku ini adalah karena buku ini dibuat sebagai wujud dan wadah apresiasi masyarakat yang turut berbela sungkawa dan memberika apresiasi terhadap Guru Bangsa ini. Dan buku ini adalah karya besar yang tetap harus dihargai. Akhirnya, sekian dari peresensi, semoga dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
)* Penulis adalah aktivis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung.
MENINGKATKAN KUALITAS KEPEMIMPINAN

MENINGKATKAN KUALITAS KEPEMIMPINAN

Judul buku : Leadership GOLDEN WAYS
Penulis       : Mario Teguh
Penyunting : Linna Mario Teguh
Penerbit      : Mario Teguh Publishing House, Jakarta
Cetakan I    : Agustus 2009
Tebal           : 226 Halaman
Harga          : Rp. 110.000, 00
Peresensi     : Achmad Rois)*

MENINGKATKAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
Materi atau konsep-konsep kepemimpinan sudah sering kita temui dihampir setiap toko buku diseluruh kota sampai pelosok Negeri. Pelatihan-pelatihan tentang kepemimpinan pun tak kalah sering diadakan seperti pertandingan bulu tangkis atau bola basket. Sistem dan metode yang disajikannya pun macam-macam dan bervariasi. Sebagian dari pelatihan lebih mengedepankan konsep-konsep dan metode kepemimpinan. Namun tidak sedikit dari begitu banyak bentuk pelatihan yang menyajikan konsep disertai praktik-praktik miniatur dalam memimpin sebuah organisasi. Tak asing bila hampir setiap individu dari kalangan masyarakat educated begitu mengenal kata pemimpin atau kepemimpinan.
Buku Leadership GOLDEN WAYS ini hadir disela-sela kesibukan setiap orang yang sedang menjadikan dirinya seorang pribadi yang tangguh dalam memimpin. Seperti judulnya, Leadership GOLDEN WAYS mengungkap jalan-jalan apa saja yang harus ditempuh oleh setiap pemimpin yang ingin memaksimalkan potensi individunya dalam menjadikan setiap orang yang dipimpinnya menjadi pelaku utama dalam sebuah organisasi. Inilah yang membuat buku ini berbeda dari buku-buku kepemimpinan lain. Pembahasannya tidak hanya terjebak dalam proses individu yang memimpin, tetapi juga memberikan pedoman kepada setiap individu yang sedang dipimpin untuk bisa memimpin dirinya sendiri. Seperti kutipan berikut:
“Semua kepemimpinan adalah kepemimpinan pribadi, sehingga tidak ada pribadi yang bisa mengharapkan dirinya menghasilkan kinerja organisasi yang baik – tanpa menjadikan diri pribadinya sebagai penyebab utama tergelorakannya semangat dan tertatanya semua proses kerja”, (hal-5).
Hal ini adalah alasan paling tepat bagi siapapun yang ingin memiliki buku ini sebagai konsumsi intelektual ataupun hanya sebagai koleksi pelengkap perpustakaan pribadi dirumah sehingga bisa dibaca kapanpun disaat ada waktu luang.
Buku Leadership GOLDEN WAYS ini dapat dinikmati oleh semua kalangan karena pemilihan kata-katanya cukup sederhana dan cukup mudah dipahami. Keindahan dalam merangkai setiap kata membuat buku ini tidak membosankan untuk dibaca. Maka bukanlah sesuatu yang aneh apabila buku Leadership GOLDEN WAYS ini terjual laris di pasar intelektual.
Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran Mario Teguh sebagai penulis. Beliau adalah Motivator terkemuka di Negeri ini, jadi para konsumtor tak perlu lagi meragukan kapasitas penulis dalam menyajikan materi-materi dalam kemasan yang sangat menarik pada setiap bab dari buku Leadership GOLDEN WAYS ini.
Buku yang diterbitkan oleh Mario Teguh ini mungkin akan menjadi pendamping bagi keefektifan proses pencapaian kesejahteraan, kecemerlangan dan kebahagiaan kehidupan setiap individu yang sedang memimpin ataupun yang sedang dipimpin dan dilayani.
Buku Leadership GOLDEN WAYS ini hadir pada saat Negara dan Bangsa ini tengah dilanda krisis figur dan tauladan seorang pemimpin. Masyarakat secara umum tak lagi menjumpai figur seorang pemimpin yang menjunjung tinggi konsep seorang pemimpin sebagai pelayan mereka yang sedang dipimpin. Hal seperti ini hanya terlontar saat kegiatan-kegiatan kampanye. Tertulis hanya pada kontrak-kontrak kepemimpinan. Tetapi masih jauh dari implikasi. Atau dalam bahasa yang lebih mudah kita pahami, konsep atau teori kepemimpinan hanya sering “terdengar” dan “tertulis” tetapi jarang “terlaksana”.
Motivasi ini dituangkan pada salah satu bab dalam buku Leadership GOLDEN WAYS ini.
“Memimpin dengan yang Mungkin untuk mencapai yang tadinya Tidak Mungkin”.
“Kita disebut pemimpin karena kita mengupayakan peningkatan nilai diri yang ada untuk membangun nilai-nilai yang tadinya belum ada”.
“Pemimpin yang luar biasa adalah pribadi-pribadi biasa yang sikap dan caranya tidak biasa”.
Masih banyak kumpulan kata-kata yang disusunkan penulis begitu indah dan menarik dalam buku ini yang bisa dijadikan motivasi. Motivasi yang berusaha dikembangkan oleh penulis dalam buku ini tidak hanya pada motivasi ekstrinsik semata. Tetapi memungkinkan kepada pembaca untuk menggali motivasi intrinsik karena terbukti motivasi ini memiliki pengaruh lebih besar terhadap pengembangan potensi individu, terutama yang dimaksudkan buku ini adalah tentang kualitas memimpin sebagai seorang pemimpin.

)* Penulis adalah aktivis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung.
QUANTUM READER

QUANTUM READER


Judul buku      : QUANTUM READER: MEMBACA LEBIH EFEKTIF,   LEBIH BERMAKNA DAN LEBIH CERDAS
Penerjemah    :  Lovely
Penyunting      :  Budyastuti R. H.
Penulis            :  Bobbi DePorter
Penerbit          :  Kaifa, Bandung
Cetakan I       :  November, 2009
Tebal               :  75 Halaman
Peresensi        : Achmad Rois)*

M embaca barangkali bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Para pelajar, mahasiswa, para pegawai kantoran, penjaga tiket busway atau sopir taksi yang sedang menunggu penumpangnya di terminal atau bandara. Tetapi yang mungkin menarik dari setiap mereka adalah tentang metode atau cara masing-masing dari mereka dalam menikmati bacaannya. Hal ini tentu tidak akan terlepas dari apa sebenarnya tujuan mereka membaca. Bisa dikatakan bahwa tujuan seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di kampus, relative tidak akan sama tujuannya dengan seorang sopir taksi yang sedang berada ditengah suasana menunggu penumpang. Setiap dari kita tentu punya alasan yang berbeda untuk mau membaca. Jika kita semua punya alasan maka setiap dari kita akan cenderung memilih waktu yang berbeda, suasana yang jauh berbeda, tingkat konsentrasi yang tak mungkin sama dari setiap individu. Jadi sudah pasti kita akan punya alasan-alasan tersendiri untuk meningkatkan kualitas membaca.
Terlepas dari itu semua, buku ini secara khusus dikemas oleh Bobbi DePorter untuk dipersembahkan kepada para Quantum Learner yang ingin belajar lebih banyak dari membaca. Menjadi lebih baik karena mampu membaca bacaan-bacaan baik dengan cara-cara yang baik pula. Serta melakukan hal-hal yang lebih baik di sekolah, kampus ataupun dalam ruang terbatas kehidupan.
Buku ini dikemas begitu menarik dengan penyertaan gambar yang sangat inspiratif. Pantas kiranya jika kita menyebut pendiri SuperCamp ini sebagai penulis sekaligus guru yang kreatif dan inspiratif.
Kita tidak bisa begitu saja “menyuruh” otak kita untuk membaca lebih cepat dan “menyuruh”-nya untuk mampu memahami lebih dalam dan cermat. Tapi kita masih bisa “meminta”-nya, semacam itulah kira-kira. Karena hal itu, maka pada Bab I, buku ini mengajak kita untuk menanyakan hal yang tepat sebelum kita membaca. Pertanyaan tentang apa manfaat bagi kita sehingga kita harus membaca. Pertanyaan itu akan menimbulkan motivasi dan keingintahuan. Motivasi ini disebut Motivasi Intrinsik, seperti yang dikatakan Penulis dalam buku ini. Motivasi tipe ini adalah motivasi yang paling efektif untuk belajar karena ini adalah sesuatu yang ingin kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk guru atau dosen kita disekolah. Sehingga dalam suasana yang seperti ini kita akan benar-benar menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri.
Pada Bab II, Presiden Quantum Learning Network (QLN) yang bermarkas di Oceanside, California ini mengajak para pembaca untuk masuk dalam kondisi membaca yang maksimal. Sesuai dengan persiapan kita yang berawal dari motivasi bahwa kita harus melakukan pemenuhan kebutuhan untuk diri kita sendiri. Penulis mengajak kita me-minimalisir kemungkinan saat kita selesai membaca suatu materi dengan tanpa memahami materi itu sama sekali. Hal ini di-indentifikasi sebagai akibat dari kegiatan membaca tanpa menggambarkan materi-materi itu dalam pikiran kita. Karena itu penulis mengatakan bahwa “otak kita perlu citra untuk memahami makna; jika tidak, maka sesungguhnya kita hanya melihat tulisan-tulisan tanpa makna”. Jadi, agar dapat menggambarkan materi dan memahami materi yang kita baca, kita harus berada dalam kondisi yang tepat. Yaitu dalam kondisi yakin dan konsentrasi penuh saat membaca.
Pada Bab III dan IV, penulis mulai mengajarkan keterampilan pendukung untuk dapat memahami bacaan atau buku dengan baik. Keterampilan yang dimaksud adalah bagaimana menjadikan Mata dan Tangan sebagai instrument ampuh penunjang kemampuan otak menjadi maksimal. Otak kita igin membaca dengan cepat, tapi biasanya justru kita perlambat. Kita sering kali mengira bahwa jika kita membaca dengan lambat, maka kita akan dapat lebih memahami isi bacaan. Penulis menegaskan kenyataan yang sebaliknya, bahwa hal yang demikian justru akan membuat kita bosan, membuat pikiran melayang kemana-mana dan akhirnya kita akan gagal untuk mendapatkan informasi; atau kebutuhan untuk diri kita sendiri, seperti kita sebut di awal tadi. Karena itu penulis ingin agar kita para pembaca memper-tahankan keingintahuan dan kuantum kita dengan keterampilan mata dan tangan sebagai instrument penunjang kerja otak yang maksimal.
Pada Bab V dan VI, pendiri SuperCamp ini mengajak para pembaca untuk bisa mempelajari beberapa teori tentang metode membaca yang ampuh. Tetapi sekaligus meng-aplikasi-kanya langsung dalam kegiatan membaca yang professional. Kita mungkin pernah kehilangan data yang sangat penting karena kita bekerja terlalu cepat dan lupa menyimpannya. Karena itu, kita harus memastikan untuk menyalin semua informasi yang kita baca dan kita harus menyimpannya didalam otak. Metode ini adalah metode terakhir dalam system Quantum Reader yang dikemas begitu menarik dalam buku ini. Metode itu yang disebut Periksa dalam istilah yang digunakan buku iniMembuat Peta Pikiran dan Menceritakan Kembali adalah isi dari metode ini. Kita bisa menceritakan kembali isi bacaan yang kita baca terhadap diri kita sendiri untuk mengingat bahwa Peta Pikiran akan membantu kita mengolah dan mengingat secara menyeluruh apa yang kita baca.
“Cara terbaik lain untuk meningkatkan pemahamanmu adalah dengan berbagi dengan orang lain apa yang kamu pelajari. Membagikan idemu akan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini merupakan gerakan spiral yang bisa membuatmu semakin maju (hal: 58)”. Kutipan diatas sangat bermakna menurut saya, karena makna “berbagi” terlihat menjadi benar-benar mulia.
Buku ini dilengkapi dengan cara mengukur kecepatan membaca sehingga kita dapat melihat kemampuan kita sebelumnya saat membaca dan membandingkanya setelah kita mendapatkan buku ini sebagai panduan dan system yang kuat tentang metode membaca yang menarik dan professional. Hal ini tentu akan lebih memperkuat keinginan kita untuk segera mendapatkan buku ini sebagai konsumsi awal untuk mencapai kesuksesan membaca dan awal dari kegemilangan perjalanan dan karir kita dalam kehidupan.
Buku ini sangat membantu kita dalam hal fungsi membaca dan memberikan system enam langkah membaca lebih cepat, memahami lebih baik dan menemukan ide-ide yang mampu menggali petensi individu kita. Membaca membantu kita menemukan apa yang kita inginkan, mengikuti keinginan itu dan mendapatkan apa yang kita inginkan dalam hidup ini. Kita tidak hanya membutuhkan kemampuan membaca untuk mempertahankan keingintahuan, kita juga membutuhkan system membaca yang kuat dan handal agar kita bisa menggunakan lebih banyak kemampuan membaca kita tentang hal-hal yang paling penting unuk kita.
Buku ini menginginkan kita masuk sepenuhnya dalam dunia Quantum. Oleh karena itu kita perlu punya kemampuan dan keterampilan yang lebih cepat serta pengetahuan yang dalam untuk bisa belajar lebih banyak, menjadi lebih hebat, dan mampu melakukan lebih banyak hal.
Bagi banyak orang, membaca berubah menjadi PR yang harus dikerjakan, menulis seperti mengerjakan tugas dan mengingat membuat kita terkenang saat akan mengerjakan tes soal pilhan. Tapi tidak dengan para pembaca yang menikmati buku ini. Membaca akan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi seperti nasi dan lauk pauk. Makanan yang harus dikonsumsi setiap hari oleh organ ter-mulia yang disebut otak.
)*  Penulis adalah aktivis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung.
SEKOLAHNYA MANUSIA

SEKOLAHNYA MANUSIA

Oleh: Achmad rois)*
Buku ini merupakan rekaman keberhasilan Munif Chatib dalam meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dengan menggunakan konsep Multiple Intelligence. Buku ini sangat layak untuk dikonsumsi para pencinta pendidikan karena begitu banyaknya pilihan-pilihan metode pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis dalam karyannya yang luar biasa ini. Begitu banyak buku-buku yang membahas tentang metode pembelajaran, konsep pembelajaran, strategi atau dalam bentuk apapun namanya, namun begitu berbeda pembahasannya jika kita temui didalam buku ini. Penulis begitu piawai dalam membahas metode dan model pembelajaran tersebut dengan menuturkan contoh-contoh kongkret dengan penjelasan yang begitu mudah dimengerti. Bapak seorang putri ini juga menggunakan metafora-metafora yang begitu menarik dan gamblang.
Salah satu contoh adalah ketika Penulis menjelaskan modalitas yang tercirikan atas tiga “saluran” atau pipa. Yaitu pipa auditif, visual dan kinestesis. Menurut beliau, modalitas ini bagaikan “pipa” yang harus kita pilih untuk mengalirkan kelereng; yang dalam buku ini dimaksud sebagai symbol pengetahuan, kepada seorang murid. Bagaimana memilih “pipa” yang pas sehingga kelereng itu mudah ditangkap dan diterima oleh murid. Itu adalah salah satu contoh kepiawaian penulis dalam mengemas sebuah konsep menjadi sebuah keterangan yang begitu gamblang, menarik dan mudah dimengerti.
Penulis yang mulai meneguhkan hati dan langkahnya didunia pendidikan pada tahun 1998-1999 ini bukan hanya menguasai konsep kecerdasan temuan Howard Gardner yang sering disebut Multiple Intelligence ini. Tetapi beliau juga secara kreatif menjadikan Ilmu yang dikuasainya ini menjadi “senjata yang sangat handal” untuk menyelesaikan begitu banyak problematika pendidikan terutama yang berkaitan dengan kecerdasan anak didik.
Beliau juga begitu menghargai ke-beragam-an potensi kecerdasan yang seharusnya mampu digali secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan di bangsa yang saat ini semakin terperosok saja system pendidikannya. Buku ini merupakan sebuah terobosan penting karena didalamnya tercatat sebuah keberhasilan dalam sistem pembelajaran (learning system) yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih hebat. Karena merekam atau mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting dalam sebuah buku sudah merupakan prestasi yang sangat luar biasa.
Bagaimana cara menggali kecerdasan sehingga menghasilkan kompetensi unggul adalah pertanyaan yang cukup pantas diajukan untuk buku ini. Karena buku ini memang sengaja ditulis untuk menjawab pertanyaan tersulit dan terbesar dalam dunia pendidikan tersebut. Menurut beliau “sekolah unggul adalah sekolah yang memandang tidak ada siswanya yang bodoh dan semua siswa merasakan tak ada satu pelajaran pun yang sulit”.
Betapa indahnya sebuah proses pendidikan dalam sebuah kelas apabila seorang guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas, dan semua siswa pun merasakan semua pelajaran yang diajarkan dikelas adalah pelajaran yang mudah dan menarik. Kelas akan terasa tetap hidup, dan ketika para siswa keluar dari kelas, mereka mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan dilupakannya seumur hidup. Alangkah hebatnya apabila kelas tersebut dapat terjadi pada jutaan kelas yang ada dinegara kita. Mungkin Negara kita akan menjadi Negara yang sangat maju dan patut diperhitungkan oleh Negara-negara di seluruh dunia.
Perlu sedikit saya gambarkan sebagian garis besar dari buku ini agar ketertarikan anda terhadap buku ini tidak hanya dalam angan-angan. Pada bab awal penulis banyak mengisi bab ini dengan catatan-catatan tentang pengalaman pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan dalam pekerjaanya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah kesulitan pemahaman seorang siswa Karena beberapa hal, menjadi mudah dan akhirnya siswa dapat dengan baik memahami meteri-materi yang diajarkan. Hal yang saya sebutkan diatas disebut Penulis sebagai “special moment”.
Bab selanjutnya membahas mengenai teori Multiple Intelligence yang ditemukan oleh Howard Gardner. Beberapa hal yang ditekankan Penulis dalam bab ini adalah keberanian Howard Gardner melakukan redefenisi tentang kecerdasan. Direktur Lembaga Pendidikan YMII Gresik ini mencoba menyadarkan kita selaku masyarakat bahwa kecerdasan tidak dapat dinilai dan dibatasi oleh tes-tes formal belaka. Masyarakat kita dan sebagian unsur-unsur sekolah masih menerima keberadaan tes-tes formal dengan paradigma berlebihan. Terbukti masih banyaknya anggapan bahwa kesuksesan anak ditentukan oleh hasil tes anak pada bidang study yang didapat siswa.
Ketika Multiple Intelligence diterapkan disekolah, akan muncul berbagi kendala dan beragam penafsiran tentang sekolah model ini. Misalnya, pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia, desain kurikulum yang masih sentralistis, penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan, kualitas guru yang masih kurang terutama saat dihadapkan pada proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi, proses penilaian yang hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar dan masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
Pada bab selanjutnya seorang bapak yang gemar menulis ini menjelaskan indicator sekolah unggul dengan pernyataannya yang sangat yakin bahwa sekolah unggul adalah the best process bukan the best input. Artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa dalam kondisi kognitif yang beragam, bukan hanya menerima siswa-siswa yang pandai. Beliau juga mengenalkan secara global alat riset yang bernama MIR (Multiple Intelligences Research). Dan alat riset ini dapat membantu guru mendekatkan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.
Pada bab-bab akhir Penulis mulai bercerita tentang strategi pembelajaran multiple intelligences. Pada awalnya beliau meluruskan kesalah pahaman yang terjadi, yaitu multiple intelligences bukanlah bidang study atau curriculum. Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran yang berisi aktivitas-aktivitas pembelajaran dengan model dan kreativitas yang beragam sekaligus membungkus sebuah strategi dalam rencana belajar.
Kemudian di akhir buku ini, bibahas pula tentang akhir pembelajaran, yaitu tentang penilaian dan pelaporan. Penilaian yang dipakai dalam melihat kompetensi siswa memenuhi indikator hasil belajar yang sudah ditentukan adalah penilaian autentik. Penilaian ini bersumber dari aktivitas pembelajar yang dapat dinilai dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penjelasan detail tentang bagaiman cara menilai dan bentuk laporan yang harus dibuat juga akan dibahas dalam kemasan yang begitu menarik dalam bab ini.
Akhirnya, kurang lengkap kiranya jika anda yang saat ini berprofesi sebagai sorang pengajar atau pendidik yang kreatif tidak menjadikan buku ini sebagai pelengkap tumpukan buku-buku strategi mengajar yang ada di perpustakaan pribadi anda. “Disetiap sekolah manapun dengan kualitas apapun adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggung jawab adalah guru”. Kutipan dari penulis ini saya pikir akan dapat membuka cakrawala berpikir kita tentang begitu besarnya amanah yang harus diemban oleh seorang guru. Karena masa depan seluruh anak-anak dibangsa ini adalah tanggung jawab besar yang harus mereka emban dengan rasa tulus dan penghargaan mereka terhadap waktu dan kehidupan adalah segala-galanya.
Semoga bermanfaat dan Salam Pergerakan!!!

Judul buku : Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia
Penyunting : Budhyastuti R.H.
Penulis      : Munif Chatib
Penerbit     : Kaifa, Bandung
Cetakan I   : April 2009
Tebal         : xxxiii+186 Halaman

)* Penulis adalah penggiat literasi di Kabupaten Siak.